Isnin, 25 Januari 2010

Poco-poco = Salib ??





Assalamu'alaikum.....

Di syarikat tempat saya bekerja sekarang, pada setiap hari Selasa dan Jumaat selepas waktu kerja, mereka ada adakan latihan senaman. Senaman itu sebenarnya bukanlah senaman biasa, tetapi lebih kepada tarian poco-poco.
Makcik pun menari poco-poco



Saya secara peribadinya tidak menentang aktiviti ’senaman’ ini. Lebih-lebih lagi ianya dilakukan untuk tujuan kesihatan. Tetapi apabila senaman ini tampaknya sudah tidak jadi senaman, sebaliknya hanyalah tarian yang dilakukan untuk berseronok-seronok, maka saya memang tidak setuju.

Tambahan pula, baru-baru ini, saya ada terbaca mengenai satu artikel yang menerangkan tentang rahsia atau asal usul tarian poco-poco yang sangat popular sekarang.

Secara jujurnya, sebelum ini, saya sebenarnya tidak pernah ambil peduli dan tak ambil tahu pun tentang latar belakang, asal-usul dan motif tarian poco-poco ini. Namun selepas membaca 1 artikel ini, membuatkan saya tersentak dan terkejut dengan apa yang diterangkannya.

Saya tidak pasti, apakah info atau maklumat mengenai rahsia tarian poco-poco ini adalah fakta sebenar atau tidak. Tetapi kita sebagai orang Islam sewajarnyalah mengambil berat tentang dakwaan ini. Kerana kita bimbang, dek kerana kita suka dan ikut sangat tarian ini, kita nanti akan termasuk dalam golongan mereka itu.

Bukankah Nabi SAW dah pesan melalui sabdaan nya ;
“Man tasyabbaha bi qaumin fahua minhum”.
Bermaksud : Barangsiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka seseorang itu terdiri dari kalangan mereka) (iaitu kaum berkenaan).

Hadis ini juga secara tidak langsung menggambarkan kepada kita bahawa umat Islam perlu kekal dengan identiti dan jatidiri mereka sebagai muslim. Mereka dilarang dari menyerupai golongan musyrikin disebabkan akidah seseorang muslim itu terangkum tiga dimensi iaitu perkataan, perbuatan dan pegangan.

Jadi, saya berpandangan, jika benar info atau fakta mengenai tarian poco-poco ini, maka kita sebagai orang Islam mestilah meninggalkannya. Tidak usahlah menari poco-poco lagi. Kalau minat dan nak sangat menari, carilah tarian lain.

Rahsia Asal Usul Tarian Poco-poco.

Alhamdulillah kerana kita semua masih bernafas lagi dgn keizinanNya. Saya ingin berkongsi dgn rakan-rakan semua tantang tarian poco-poco yang sedang hangat ditarikan oleh semua lapisan masyarakat, umumnya masyarakat kita yg beragama islam terutama suri-suri rumah dan badan-badan kerajaan ketika manghadiri kursus.

Sebenarnya tarian poco-poco ini berasal dari Filipina bukannya dari Indonesia. Ia ditarikan oleh masyarakat yg berugama kristian ketika mereka menghadiri upacara sembahyang mingguan mereka. Lihatlah sahaja bagaimana pergerakannya, yang membentuk salib.

Mungkin kita tak perasan kerana kita suka mengikut-ikut sesuatu yg baru tanpa usul periksa. Inilah cara musuh-musuh islam mengenakan kita sedangkan kita tahu apabila kita melakukan sesuatu yg menyerupai sesuatu agama maka kita dikira merestui agama itu seperti amalan yoga yg telah difatwakan haram kerana menyerupai agama Hindu. cuma tarian pocoh2 ini belum difatwakan haram lagi. Marilah kita sama2 fikirkan.

Saya dulu pernah terfikir, kenapa tarian itu dimulakan dari kiri? Dan apa jenis senaman ini? Relevankah tarian ini, yang kelihatan seperti tidak siuman?

Saya menyeru kepada diri anda semua supaya mengambil inisiatif untuk tidak lagi ‘menarikan’ lagi tarian ini yang ternyata mensyirikkan Allah tanpa kita sedar. Dan paling utama memohon keampunan daripada Allah S.W.T atas kejahilan kita tentang perkara ini sebelum ini.

Semoga mendapat perhatian pihak berkenaan agar mengkaji secara terperinci tentang kesahihan perkara ini,asal usul dan kesannya kepada akidah umat Islam dan mengeluarkan fatwa tentang tarian ini,agar Umat Islam tidak berterusan di dalam kelalaian dan ‘keasyikkan’ menarikan tarian ini.

Haaa, siapa minat menari poco-poco? Pernah menari poco? Saya dulu pernah gak sekali menari poco-poco, sebab kena paksa ngan boss untuk ikut sama menari dalam satu majlis yang dianjurkan oleh syarikat.

Tapi lepas saya baca artikel ni, saya rasa lepas-lepas ni, saya tak akan lagi menari poco-poco ni. Korang bagaimana?

sumber: sila rujuk

Rabu, 20 Januari 2010

Mursyidul Am Baru Ikhwan Dr Muhammad Badi’ Abdul Majid Samy


Harakahdaily
KAHERAH, 20 Jan: Ikhwan Muslimin telah mengumumkan Mursyid Am barunya iaitu Dr Muhammad Badi’ Abdul Majid Samy, 67 tahun.

Beliau adalah Mursyid Am kelapan bagi jemaah Ikhwan Muslimin yang diasaskan oleh Mursyid Am Pertama, Imam Hasan Al-Banna pada tahun 1928.

Dr Muhammad Badi’ (GAMBAR) menggantikan Mursyid Am KeTujuh, Ustaz Mahdi Akef yang tidak berhasrat menyambung jawatannya apabila umurnya melebihi 80 tahun.

Dr Muhammad Badi’ dilahirkan pada 7 Ogos 1943 di Al-Mahalla Al-Kubra, negeri Al-Gharbiyah, Mesir. Isteri beliau bernama Sumaiyah Asy-Syanawy, bekas pengetua Madrasah Ad-Dakwah Al-Islamiyah di Bani Suef, Mesir.

Beliau adalah anak kepada Haji Muhammad Ali Asy-Syanawy yang merupakan generasi awal Ikhwan Muslimin dan termasuk yang dijatuhkan hukuman mati oleh kerajaan taghut Mesir dibawah Presiden Jamal Abdul Nasir pada tahun 1954 tetapi kemudiannya diringankan kepada penjara seumur hidup. Mereka dikurniakan tiga orang anak, Ammar, Bilal dan Dhuha.

Ustaz Mahdi Akef mengumumkan nama Dr Mohd Badi’ Abd Majid Saamy sebagai Mursyid Am Ikhwan Muslimin kelapan dalam sidang akhbar antarabangsa di Kaherah, Mesir jam 11.00 am (waktu Mesir) tadi.

Berikut disertakan sedikit profil diri Dr Badi'

Muhammad Badi Abdul Majid Samy, lahir 7 Agustus 1943, di kota Mahalla al-Kubra, dikenal seorang tokoh Ikhwan yang sangat ulet, teguh dalam pendirian, memiliki keyakinan yang kokoh terhadap cita-cita, dan memiliki pandangan-pandangan yang banyak mengadopsi pemikiran Sayyid Qutb. Badi menikah dengan Samia al-Ashnawy, mantan Direktur Sekolah Dakwah Islam, dan ia adalah adik kandung dari tokoh Ikhwan generasi awal, Ali Ashnawy, seorang pilot, yang dihukum mati tahun 1954 oleh Presiden Gamal Abdul Nasser, karena dituduh terlibat makar.

Dari perkawinannya itu, antara Badi dengan Sami memperoleh anak, diantaranya Ammar seorang insinyur dibidang komputer, Bilal ahli radiologi, Doha ahli dibidang pharmasi. Badi dan Samia juga telah dikaruniai cucu, Roaa, Habib, Eyad, dan Tameem.

Riwayat pendidikan Badi, cukup unik, yaitu sarjana kedokteran hewan tahun 1965, dan setelah lulus, mengajar di Fakultas Kedokteran Hewan, di tahun 1965. Selanjutnya, Badi melanjutkan kuliah, sampai kemudian mendapatkan master di bidang kedokteran hewan di tahun 1977 dari Universitas Zagazig. Tak lama kemudian Badie mendapatkan gelar doktor dibidang kedokteran hewan di tahun l979 di Universitas Zagazig. Sesudah mengajar dibidang yang digelutinya selama beberapa tahun, Badi menjadi asisten Profesor dibidang kedokteran hewan di tahun 1983 di Universitas Zagazig.

Murysid 'Aam IKhwanul Muslimin yang ke VIII ini, pernah menjadi tenaga ahli di bidang kedokteran hewan di Sana'a (Yaman), antara tahun 1982-1986. Ia terus melanjutkan keahlian dibidang kedokteran hewan, dan mendapatkan gelar Profesor di bidang kedokteran hewan, tahun l987, dari Universitas Kairo -Cabang di Bani Suef. Badie juga menjadi ketua Departmen Pathology, pada Fakultas Kedokteran Hewan di Beni Suef tahun 1990. Tokoh baru Ikhwan itu, juga menjadi supervisi 15 orang master, dan 12 orang PhDs, dan puluhan ilmuwan yang melakukan penelitian yang sedang mengambil spesialis dibidang kedokteran hewan.

Badie sekarang sebagai Profesor di Departemen Pathology Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Beni Suef. Ia juga menjadi Sekjen Organisasi Assosiasi Dokter Hewan selama dua tahun. Ia juga anggota dewan Organisasi profesi dibidang profesi obat-obatan selama setahun. Kegiatan lainnya, Badie aktif dibidang sosial dan ilmu pengetahuan, dan selebihnya menjadi anggota Dewan Pemerintahan, khususnya Organisasi Islam yang menangani masalah Kesejahteraan di kota Mahalla al-Kubra.

Riwayat keterlibatan Badie di Gerakan Ikhwan, dimulai sejak tahun 1975 menjadi anggota bagian bidang administrasi Ihwan di Mahalla, di tahun 1977 menjadi kepala administrasi Ikhwan di kota Mahalla, tahun 1986 bekerja dibidang pendidikan di Sana'a (Yaman), di tahun 1990 menjadi ketua Ikhwan di Bani Suef, dan menjadi ketua bidang pendidikan di Beni Suef. Interaksi yang inten dengan Gerakan Ikhwan itu, membuat pribadi Badi sebagai seorang pemimpin yang sangat tangguh.

Selanjutnya, sebagai Anggota pusat Assosiasi di bidang Kedokteran Hewan, yang mengantarkan dirinya menjadi orang yang paling mendalami dibidang kedokteran hewan. Badie memiliki reputasi dibidang kedokteran hewan, yang sangat langka dalam bidang ini. Sampai sekarang ini ia terus mengeluti bidangnya, ditengah-tengah kesibukannya menjadi pemimpin gerakan Islam terbesar di dunia. Inilah pelajaran yang menarik seorang tokoh pergerakan Islam dengan latar belakang yang langka, dan bukan ulumul syar'i.

Karena keterlibatan yang sangat inten dalam pergerakan Ikhwan ini, maka Badi di tahun 1996 terpilih menjadi anggota Maktabul Irsyad (dewan pembimbing), dan di tahun 2007, tokoh yang memiliki kepribadian yang unik, dan sangat teguh pendiriannya ini, di pilih menjadi anggota pusat Maktabul Irsyad, sampai kemudian ia ditahan oleh fihak keamanan Mesir.



Pengalaman Badi juga pernah dipenjara bersama dengan Sayyid Quthb, di tahun 1965. Ia dijebloskan penjara selama 15 tahun di penjara militer, dan bertemu dengan seorang tokoh dan ideolog Ikhwan yaitu Quthb, dan dibebaskan sesudah dijalaninya selama 9 tahun. Setelah dibebaskan di tahun 1974, Badie kembali melanjutkan profesi sebagai dosen di Universitas Zagazig, serta mengajar di Yaman, dan kembali ke Universitas Kairo di Bani Suef. Ia berulang-ulang dimasukkan penjara oleh rejim Mesir, sampai tahun l999, di mana ia dijatuhi hukuman 5 tahun.

Badi yang menikah dengan Samia yang merupakan adik dari Ali Ashnawy yang telah digantung oleh Gamal Abdul Nasser ini, akan menjadi nakhoda baru dari pergerakan Ikhwan, yang bertanggungjawab menghadapi tantangan masa depan Ikhwan yang sangat rumit dan pelik, terutama tantangan internal dan eksternal. Badi telah teruji mengarungi perjalanan dakwah yang panjang bersama dengan Gerakan Ikhwan.

Mahdi Akif sendiri meninggalkan kepemimpin Jamaah Ikhwan dengan hati yang lapang, di tengah-tengah berbagai terpaan isu dan pandangan negatif terhadap Ikhwan, tapi tokoh yang masih berhubungan dengan Hasan Al-Banna itu, nampak ikhlas meninggalkan posisinya sebagai Mursyid 'Aam, tanpa harus bersikeras untuk mempertahankan terus menerus. Padahal, saat ini Ikhwan menjadi sebuah barometer politik di Mesir, khususnya dalam menghadapi pemerintah. Ikhwan di Mesir menjadi kekuatan utama oposisi, yang tidak mau melakukan tawar menawar dengan kekuasaan Husni Mubarak. Semua akan menepis adanya pengelompokkan dan pengkubuan di dalam tubuh Ikhwan, antara yang disebut konservatif dengan reformis.

Mahdi Akif, meninggalkan posisinya sebagai Murysid 'Aam, sesuai dengan aturan anggaran dasar (Nidhom 'Aam) Ikhwan, yang sejak meninggalnya Mustafa Masyhur, Mursyid 'Am yang ke VI, jabatan Mursyid 'Aam, tidak lagi seumur hidup, tapi dibatasi hanya dua periode. Mahdi Akif jujur dan komitment pada aturan organisasi, dan kemudian sebagai pucuk pimpinan Ikhwan, ia meninggalkan posisinya sebagai Mursyid 'Aam, tanpa harus terbebani lagi dengan jabatan itu. (mashadi/berbagai sumber)

Sabtu, 16 Januari 2010

Sedih + Terkilan = Mehnah Berjuang



Assalamu'alaikum.....


Sampai satu masa, kita akan berubah. Berubah pada pemikiran, gaya menyampaikan dakwah, manhaj dalam berilmu, malah sikap dan kelakuan.

Perubahan itu adalah proses biasa dalam kehidupan, ada perubahan yang diusahakan atas pilihan, dan ada juga perubahan yang dilakukan kerana terpaksa. Pokoknya manusia berubah dari satu masa ke satu masa. Sesuai dengan pertambahan usia.

Maka, dalam hidup ini, pada setiap peringkat yang kita berada, jangan sekali-kali kita lakukan perkara yang nantinya menyukarkan diri untuk berubah. Apabila kita sedar yang kita perlu berubah, tetapi kita elakkan diri dari berubah kerana hal-hal silam yang telah kita lakukan, maka kita akan mula tidak jujur kepada diri sendiri. Kita tetap berubah, iaitu berubah menjadi seorang penipu dan pengkhianat kepada diri sendiri.

PERUBAHAN AKHLAK

Orang Barat di sana tu, menepati masa. Bekerja dengan penuh amanah. Akhlaq ini bukan lalang, boleh tumbuh sendiri. Perlu kepada usaha. Habit positif di Barat bukan tercetus sendiri. Mereka mengajar dan belajar mengenainya. Barat belajar dan mengajar ‘habit’ (akhlaq). Memang dalam sejarah Barat, kesan kepincangan Kristianiti, ramai yang membuang agama. Tetapi yang dibuang itu adalah ritual. Substance atau intinya masih dijaga dan dipupuk.

Untuk membentuk tabiat positif, ada teknik dan kaedahnya. Ia diajar dan dipelajari secara intensif di sekolah-sekolah. Barat boleh buat semua ini sebab mereka memuliakan manusia. Lantas mereka berminat mengkaji manusia. Sebab itu, majoriti disiplin Sains Kemanusiaan seperti Psikologi, Sains Politik, Kaunseling, Komunikasi dan lain-lain, dibangunkan dan dikembangkan oleh Barat. Mereka tidak memperlekehkan anak-anak. Jika anak berusia 3 tahun mahu bercakap, mereka akan berhenti bercakap dan memberi perhatian dan tkepada anak mereka. Tidak seperti kita di sini, “Eh, diamlah. Orang tua nak bercakap, kamu sibuk nak bercakap. Pergi main sana!”, ini bahasa biasa kita terhadap anak-anak sendiri.

Cumanya, dengan membelakangkan agama, tabiat itu mudah tersasar. Nilai mudah berubah. Puncanya ialah kerana tiada nilai Ta’abbud (ibadah). Tiada Ubudiyyah (pengabdian diri) kepada Allah. Tiada reference point (sumber rujukan utama) dalam hidup. Kebaikannya terpisah dan tidak berhubung dengan Tuhan, kerana ramai yang berkrisis terhadap ritual dalam agama. Maka rugilah Barat dari sudut Ta’abbud kerana meninggalkan ‘agama’ (ritualnya).

UMAT ISLAM PULA BAGAIMANA?
Kita sangat mementingkan ritual, sehingga menyangkakan ritual itu puncak agama. Kita semakin percaya bahawa Akhlaq ialah lalang. Tidak perlu diajar, tidak perlu disemai dan dipupuk. Akhlaq tumbuh sendiri tanpa perlu disemai, dibaja dan dijaga! Lantas agama kita hanya sibuk dengan ritual, tetapi unsur berupa Akhlaq, Tabiat, Habit… dibiarkan …Pandai-pandai sendiri… kerana percaya ia lalang.
Soalnya, orang Barat ‘tak ada agama’ tapi ada tabiat positif. Ada HABIT. Kita yang ada agama, tak ada Akhlaq. Habis, macam mana nak jawab kalau ada orang persoalkan, apa gunanya agama kalau yang beragama tidak berakhlaq, sedangkan Barat tanpa Islam pun boleh lebih ‘Islamik’!”

Ibnu Batuta pernah menyatakan “Aku melihat Islam itu di Barat tetapi tidak ada orang Islamnya. Aku menemukan orang Islam di Timur tetapi tiada pula Islamnya …”. Jadi, ke manakah pula Islam ketika itu?

HIDUPKAN KEMBALI TUJUAN AGAMA
“Sesungguhnya aku telah diutuskan untuk menyempurniakan kemuliaan dan nilai Akhlaq”
(Disahihkan oleh al-Albani - 1/45).

Atas dasar itulah sepatutnya kita menghargai usaha Imam al-Ghazzali menulis kitabnya Ihya’ ‘Ulumiddin. Al-Ghazzali kecewa dengan golongan Fuqaha’ yang terperangkap di dalam ritual. Sedangkan solat disyariatkan untuk membentuk peribadi lalu mendidik hati. Semestinya untuk Akhlaq diri manusia . Tetapi umumnya di masa itu, orang sibuk dengan rukun dan syarat Ibadah, tetapi peranan Ibadah dalam membentuk jiwa dan Akhlaq tidak dipedulikan. Maka agama menjadi ritual… kulit semata-mata. Yang kuat bersembahyang itulah yang kuat temberang. Yang bertudung itulah yang paling tak malu. Yang berkelulusan agama itulah MUSUH agama.

GENERASI KURANG AJAR

Ada yang risau, generasi muda sekarang tak hormat Ulama’. Maka jari ditunding kepada manhaj (sistem pendidikan). Manhaj dipersalahkan. Cara belajar dipersalahkan. Benarkah itu puncanya? Benarkah kalau belajar bertalaqqi (secara berdepan, eklusif) dengan guru lagi bersanad, maka terhindar dari gejala Akhlaq? Benarkah cara tradisional lebih membentuk Akhlaq berbanding cara moden ala-ala universiti, sijil dan ijazah?

Maka, bukan cara belajar yang dibimbangkan, tetapi apa yang diajar dan apa yang dipelajari, itu yang lebih utama. Lantas kurang ajar itu terpalit pada manhaj yang sudah cukup matang dan lama, lagi berjasa kepada agama. Sebagaimana Islam terfitnah oleh kelakuan penganutnya, begitulah juga manhaj disalah ertikan oleh kemarau Akhlaq pendukungnya.

MENGUBAH SIKAP TERHADAP SESAMA KUMPULAN ISLAM
Dalam hal ini juga manusia itu boleh berubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Sebab itulah jangan kita terlalu mencederakan lawan. Sampai satu masa, kita mungkin perlu berubah. Mungkin tidak mengubah masyarakat, tetapi mengubah sikap terhadap sesama masyarakat.

Sudah binasa umat kita dimakan hedonisma dan maksiat yang menggila. Kezaliman makin melampau, dan setiap kita lemah untuk pergi ke medan sendirian. Di peringkat kepimpinan, kesedaran telah ada untuk saling bekerjasama. Tetapi di peringkat yang lain pula, sukar benar untuk kita berlapang dada.
Mengapa?

Kerana semasa kita di kumpulan A, kita sangat rakus mencederakan kumpulan B dan C. Semasa kita di kumpulan B, kita membina kejayaan dengan memijak dan mengkhianati kumpulan A dan C. Maka kita telah menyulitkan perubahan.

Apabila tiba masa kita bekerjasama, kita sukar berlapang dada. Kerana luggage kita berat dengan perbuatan silam.
Maka bagi generasi pendakwah Islam yang baru, bersederhanalah…
Izinkan diri untuk menempuh perubahan dari satu usia ke satu usia, kerana ia sebahagian dari proses kematangan Bani Insan.

CABARAN PENDAKWAH
Cabaran emosi yang paling rumit ialah apabila manusia mahu dihargai oleh manusia yang lain. Jangan kecil hati, jika kita tidak dihargai. Perkara tersebut akan berlaku berulang kali, dan jangan sekali-kali seorang pendakwah kecundang kerananya.

Pendakwah harus kuat. Bukan sahaja kuat ilmu dan tajam minda, malah kuat emosi dan kukuh perasaan. Jangan mudah dimain perasaan dan jangan pula berdakwah tanpa perasaan! Ya, manusia memang pelbagai ragam.

Jika kita suka mengharapkan agar kebaikan kita dihargai dan disebut-sebut, penulis kira orang seperti ini tersilap planet. Hal ini perlu difikirkan semasak-masaknya oleh kita semua. Hanya dengan itu sahaja, the unsung hero tidak berputus asa untuk terus melakukan kebaikan. Pelbagai lagi kebaikan yang dilakukan oleh hero-hero yang tidak didendangkan ini, sukar untuk diteruskan jika kita masih memikirkan sejauh mana jasanya dihargai oleh manusia.

Selagi ada rasa mahu dihargai manusia, kita memang sudah tersilap mendarat di planet ini. Manusia memang sukar menyebut dan menghargai kebaikan.Teringat penulis pesanan Luqmanul Hakim: Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya’ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.

Nak memuaskan hati manusia itu rumit. Kerana itulah, pegang sahaja slogan GOD IS MY CEO . Buat kerja, biar jadi ibadah, itu sahaja justifikasinya. Jika masih mahu dipuji manusia, renung sahajalah ayat ini:

“Dan sedikit sahaja dari kalangan hamba-Ku yang bersyukur” (Surah Saba, ayat 13)

Orang yang bersyukur tidak mintak pujian daripada manusia, tetapi hanya daripada Allah, yakni meminta keredhaan-Nya.

KESIMPULAN
Benar sekali, setelah begitu banyak kebaikan yang Allah curahkan kepada manusia, sedikit sahaja yang mahu berterima kasih kepada-Nya. Maka bagaimanakah pula kita? Hamba Allah yang kerdil ini boleh tidak lena malam hanya kerana kecewa dan berkecil hati dengan mad’u (orang yang didakwah) kita. Tetapi layakkah kita?

JANGAN BERKECIL HATI. Kita kan hamba!



Akhirul kalam, setiap perbuatan yang baik adalah ibadah, jika kita sandarkan kepada Allah. Wallahua’lam ...

Dipetik dan diedit daripada saifulislam.com

Jumaat, 15 Januari 2010

KEBIADABAN UMNO SALIB TOK GURU







Gara-gara isu Khalimah Allah dan kes bakar gereja yang melanda negara sekarang ini, maka ramai juga puak-puak UMNO yang menuding jari kepada pimpinan Pakatan Rakyat. Kononnya kejadian itu telah dirancang dengan rapi susulan pilihanraya di Sarawak tidak lama lagi.

Mereka menuduh bahawa ia telah diatur oleh pembangkang dalam usaha menarik sokongan penganut agama Kristian di sana untuk menyokong Pakatan Rakyat. Biar apa pun yang terjadi, terkadang kita agak hairan dengan sikap mereka yang sanggup menghina pemimpin Pakatan Rakyat terutama ulamak dari PAS sendiri

Sebelum ini, telah didedahkan bahawa ramai dikalangan blogger UMNO yang tergamak meletakkan lambang salib (Kristian) kepada beberapa orang pemimpin PAS atas kejadian tersebut.

Sikap kurang ajar mereka ini semakin menjadi-jadi apabila tergamak meletakkan lambang Salib pula pada wajah Mursyidul Am PAS, Tuan Guru Dato' Nik Abd Aziz Nik Mat. Kami sungguh terkejut melihat paparan ini.

Tergamak benar mereka melakukan perbuatan sedemikian, sedangkan perkara ini bukanlah dilakukan oleh pemimpin terbabit. Mereka ini membuktikan kononnya Tuan Guru Nik Aziz turut bersekongkol dengan penganut Kristian dalam merencanakan kejadian yang berlaku baru-baru ini.

Tambah parah lagi apabila gambar Nik Aziz diletakkan ditengah-tengah lambang salib berkenaan dan mereka meletakkan perkataan "undi didahulukan, Allah dicemarkan". Sebagai bukti sila klik DI SINI.




[Sunggup kurang ajar melihat sikap para blogger UMNO yang tergamak meletakkan lambang salib pada wajah pemimpin PAS, apatah lagi terhadap MB Kelantan Tok Guru Nik Aziz ini.

Biarpun Bloggger bebas seperti kami banyak menulis dan mengutuk kepimpinan kerajaan hari ini, namun setakat ini masih belum tergamak untuk meletakkan lambang Kristian itu terhadap wajah-wajah pemimpun UMNO.

Apakah begini sikap yang ingin mereka tonjolkan. Rakyat perlu bijak buat penilaian terhadap semua ini]

Template by:
Free Blog Templates